Sunday, August 12, 2012

Sudah cukupkah ke belakang?

Hari ini aku dipaksa untuk berlari lagi ke belakang. Awalnya, aku kira ini akan terus berjalan ke depan tanpa ada paksaan perasaan dan otak untuk kembali ke semua yang sudah tertinggal di belakang.
Beberapa kata bikin pikiran melayang layang nemplok kesana sini. Seenaknya menclok ke hal-hal yang sudah lama terlupakan. Topik yang dibahas bukan hanya harapan masa depan, tapi juga apa yang ada di belakang. Saat muncul kata kunci dengan huruf awal "m" semuanya buyar. buyar berpencar kemana-mana. Ke conversation, masalah dan perasaan kala itu.
"hihihihihi" , hanya bisa ketiwi ketiwi ketika harus mengingat semuanya. Aku tidak berusaha memancing, tapi terpancing. Ibarat sudah ada cacing, hanya tinggal menyiapkan kail dan hap! Auh memori tertangkap!
satu jam lebih cukup membuat aku kembali ke belakang. belakang yang sudah sangat di belakang yang bahkan semuanya sudah hampir berubah total. Kecuali subjek disini, masih ada dua orang yang sama yang terlibat dalam satu percakapan. Masalah bahasa, kedewasaaan dan masalah masing-masing? tentu sudah sangat berbeda dengan yang ada di belakang. Dulu kita tingkat delapan, sekarang kita sudah dua belas. terpaut sekitar tiga tahun. Tiga tahun itu lama.
kamu memang tertinggal, sudah terlalu lama terkubur? baru bangkit dari kubur ya? yah sedih, ternyata udah lama banget ya. Sudah terlalu lama tertumpuk hal lain.
Disaat kebiasaan lama dibahas, itu membuat lariku bertambah liar ke belakang. Berhenti di area area belakang yang hanya tinggal potongan skenario. Tidak utuh, hal-hal yang masih ada saja. Dialog-dialog belakang dengan cepat muncul, film kuno tiga tahun lalu mulai terputar di kepala yang masih bingung dilanda kegalauan akademis akibat topik pembicaraan.
Sial. Aku kurang kuat berdiri di tempat semula, malah terbawa arus ke balakang lagi.
Tebak, setelah ini. Setelah ini masihkah akan ada? Atau hanya sampai disana tadi? ketika barang yang menjadi korban kebiasaanmu kehilangan tenaga?
Entahlah, sekarang tidak akan menebak-nebak. Karena menebak dan akhirnya salah itu rasanya hancur.

No comments:

Post a Comment